Emosi dan Suasana Hati dalam dunia Pekerjaan

Dalam menjalankan sebuah roda organisasi, tidak dapat lepas dari Perilaku Organisasi yang mengatur tindakan seseorang yang barada dalam organisasi tersebut. Salah satu yang menjadi pusat dari perhatian dari perilaku organisasi adalah Emosi dan Suasana hati. Stepen P. Robins (2008 : 308) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Dalam realitanya sering kita jumpai bahwa Emosi dan Suasana hati memiliki dampak yang besar dalam kinerja seseorang. Dampak Emosi pada teorinya akan berakhir dengan sebuah tindakan, baik itu tindakan positif maupun tindakan negatif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan cara seseorang dalam mengelola tingkat Emosinya.

Banyak orang meyakini bahwa segala jenis emosi bersifat mengganggu dan berkonotasi negatif khususnya kemarahan yang dapat mengganggu kinerja karyawan untuk bekerja lebih efektif. Sangat jarang yang memandang emosi dari sisi positifnya dalam peningkatan kinerja karyawan seperti motivasi kerja. Padahal, sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang mampu mengendalikan rasa frustasi, takut, marah, benci, gembira, dan sebagainya. Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas. Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja karyawan dalam sebuah organisasi perusahaan. Namun ada saat tertentu dimana Emosi dalam sebuah organisasi diperlukan untuk memotivasi seseorang bekerja lebih baik.

Dalam mendeteksi Emosi dan suasana hati seseorang dalam sebuah organisasi, Kecerdasan emosional lebih dititikberatkan kepada seorang leader atau pemimpin dalam organisasi tersebut. Dimana seorang pemimpin harus mampu mendeteksi Emosi dan Suasana hati anggotanya agar kondisi tersebut tidak berakhir dengan tindakan yang negatif. Namun, bukan berarti hanya seorang pemimpin yang harus mampu memainkan peran Kecerdasan Emosionalnya, namun indivudu pun begitu. Kemampuan seorang individu dalam mengelola Emosi kadang dapat bersifat alami dikarenakan lingkungan tempat ia berada. Karena lingkungan dapat menjadi salah satu komponen pengendali emosi yang ber

Emosi dan suasana hati adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya selalu berjalan seiringan. Suasana hati memengaruhi perasaan kita. Perasaan yang dirasakan akan menentukan apakah kita dapat menghadapi tantangan dan risiko atau menjadi kehilangan keyakinan dan optimisme. Sementara itu, emosi lebih kepada sikap dan perilaku dalam menghadapi suatu keadaan di luar kehendak kita. Ekspresi orang disaat senang atau bahagia akan berbeda sekali ketika antara keadaan bosan dan berduka.

Sering kali orang beranggapan bahwa Emosi dan Suasana hati adalah dua hal yang sama. Walaupun keduanya saling mempengaruhi namun terdapat perbedaan yang mendasar, contohnya penyebab dari keduanya. Emosi biasanya disebabkan hal-hal yang lebih spesifik dan jelas sedangkan Suasana hati penyebabkan lebih bersifat umum dan kadang tidak jelas yang menurut beberapa penelitian, Suasana hati kadang disebabkan waktu tidur, kurangnya olahraga, cuaca dll. Emosi dan suasana hati juga berbeda dalam durasinya, Emosi kadang hanya sesaat berbeda dengan suasana hati yang cenderung lebih lama dan kadang hingga berhari-hari. Emosi juga terlihat jelas dari ekspresi seseorang namun Suasana hati kadang tidak nampak dari ekspresi wajah.

Menurut beberapa ahli psikolog emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh bila seseorang bersikap kasar terhadap kita, tentu kita akan merasa marah. Jika dalam bekerja diganggu oleh teman kantor, secara spontan kita akan menghindar dan mencari ketenangan agar lebih fokus. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat, bahkan mungkin dalam hitungan detik.

Tetapi ketika dalam suasana hati yang buruk, kita dapat merasa tidak enak dalam waktu yang lama. Sebaliknya suasana hati tidak diarahkan pada objek. Melainkan membawa pikiran dan rasa dalam satu bentuk dimensi yang berbeda. Sehingga emosi dapat juga berubah menjadi suasana hati, saat kehilangan fokus pada objek konstektual. Seperti ketika hasil kerja kita tidak sesuai target, maka akan dikenai sanksi dari atasan meskipun tenaga dan pikiran sudah dicurahkan yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, gelisah bahkan stres.

Berawal dari kepribadian yang menyangkut diri kita, disertai cuaca disaat hari dalam seminggu atau waktu dalam sehari tidak mendukung akan mempengaruhi aktivitas sosial sehari-hari. Faktor usia dan pola hidup seperti tidur dan olahraga bisa juga menyebabkan kestabilan emosi menjadi terganggu. Tidak luput dari itu, masalah perbedaan gender bisa berpengaruh pada tingkat emosional masing-masing individu. Keadaan itu semua merupakan sumber-sumber penyebab emosi dan suasana hati seseorang.

Berkaitan dengan dunia pekerjaan ada istilah Kerja Emosional. Situasi dimana seorang karyawan mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja emosional dimulai dari penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan. Misalnya, maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka bersikap ramah kepada penumpang, atau kita mengharapkan rekan kerja bisa diajak bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan kantor.

Namun, di lapangan keadaan itu labil. Ketidaksesuaian emosional dalam diri kita muncul, karena inkonsistensi antara emosi yang kita rasakan dan emosi yang ditampilkan. Ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Kemudian menyembunyikan perasaan terdalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi emosional sebagai respon terhadap aturan-aturan penampilan yang diwajibkan oleh organisasi. Semua jenis emosi ini bukanlah pembawaan, melainkan harus dipelajari.

Ekpresi emosional dan suasana hati seseorang tentu bisa mempengaruhi kepuasan kerja. Sebuah teori peristiwa afektif (Affective Event Teory/AET), menunjukkan bahwa karyawan bereaksi secara emosional pada hal-hal yang terjadi pada mereka di tempat kerja dan reaksi ini memengaruhi kinerja mereka. Emosi berfungsi memotivasi manusia untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan hidup, baik dengan emosi positif atau emosi negatif.

Kemudian suasana hati menjadi penentu dari kedua emosi tersebut. Jika kita dapat menganggap efek positif (positive affect) sebagai sebuah dimensi hati seperti ketenangan diri, kesenangan maka kegembiraan menjadi ujung tertinggi, dan rasa bosan atau kemalasan terletak paling terendah. Jika kita merasa efek negatif (negative affect) menjadi dimensi suasana hati yang meliputi rasa gugup, stres maka kegelisahan menjadi unggul, dan suasana santai, tenang akan terkikis.

Menurut sejumlah peneliti, orang-orang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik lebih kreatif dibandingkan orang-orang yang berada dalam suasana hati suntuk. Mereka menghasilkan lebih banyak ide, dan cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan kreatif terhadap masalah. Tinggal kita memilih, efek positif atau efek negatif untuk menjalankan aktifitas sehari-hari.

Tinggalkan komentar